Hard Cluster
Telkomsel
Menghilangkan
Kesempatan Kerja
Dan Peluang Usaha
Kecil
Sistem hard cluster Telkomsel
yang diberlakukan mulai 2011
dan semakin menggila tahun
2012 ini sungguh merepotkan
pedagang pulsa kecil yang
menggantungkan hidupnya
hanya dari berjualan pulsa
elektrik. "Mau isi pulsa aja kok
repot", begitu komentar mereka
dengan nada kesal.
Kekesalan memuncak hingga
300 demonstran melakukan aksi
unjuk rasa di depan kantor
Telkomsel Gedung Wisma Mulia,
Jalan Gatot Subroto tanggal 26
Januari lalu.
Seperti diketahui, Telkomsel
memberlakukan sistem hard
cluster dan membatasi pengisian
pulsa ke nomor pelanggan. Jadi
jika pelanggan hanya bisa diisi
pulsa jika membawa langsung
nomor ke kios setempat, namun
jika akan mengisi ulang pulsa ke
nomor rekan atau kerabat di luar
wilayah kios tersebut maka
disebut melanggar cluster dan
akan dikenakan sanksi oleh
Telkomsel.
Pedagang pulsa kecil pun
kesulitan untuk mengetahui
keberadaan nomor yang akan
diisi apakah masuk wilayah
clusternya atau tidak, sehingga
tidak sedikit pula yang menutup
usahanya. Yang mencoba
bertahan malah menyarankan
pelanggan untuk mengganti
nomor Telkomselnya dengan
nomor dari provider lain, dengan
harapan pelanggan tersebut dan
juga kerabatnya akan terus
mengisi pulsa di kiosnya tanpa
khawatir clusterisasi.
Ketidakadilan akan penerapan
regulasi hardcluster juga
semakin kentara di lapangan.
Pedagang pulsa tradisional
mengeluh akan hard cluster ini,
namun tidak halnya dengan
modern market, seperti
IndoMaret, AlfaMart ataupun ATM.
Modern market tersebut bebas
mengisi pulsa di manapun
nomor ponsel yang akan diisi
berada. Outer Cluster dan Cross
Region tidak berlaku bagi
modern market, bahkan disuplai
oleh Telkomsel dengan stok tak
terbatas, berbanding terbalik
dengan pedagang tradisional.
Hard Cluster ini jelas merugikan
pedagang tradisional yang
menjalankan usahanya dengan
modal kecil. Bahkan tak urung
mempersempit ruang usaha
pedagang pulsa sekelas server
yang memiliki puluhan karyawan
sehingga menutup jutaan
kesempatan kerja calon tenaga
kerja. Sementara pedagang pulsa
eceran seperti pelajar,
mahasiswa dan ibu rumah
tangga terancam kehilangan
pendapatan.
Seolah-olah Telkomsel hanya
memihak pedagang besar alias
modern market namun justru
mematikan usaha kecil pedagang
tradisional. Sepertinya memang
iklim usaha yang dibangun
Telkomsel tidak mensejahterakan
rakyat kecil malah memberangus
kesempatan usaha kecil. Yah,
senada dengan lagu Bang Roma
"Yang kaya makin kaya, yang miskin..